Menariknya rasa gemas ini mampu mendorongku untuk menulis. Sampai sejauh ini. Sepertinya aku jadi mood untuk mengetik huruf demi huruf menjadi kata, menjadi kalimat, menjadi paragraf. Aku tidak memperdulikan bagaimana tulisan ini akan dibaca, dimaknai oleh orang lain, yang jelas niatku adalah memperlancar laju pikiran ke dalam halaman tulis lalu menerbitkannya.
Aku tak akan menyensor tulisan ini, aku biarkan sebagai bentuk katarsis dari emosi-emosi yang mungkin mengendap dalam diriku. Yang mungkin saja menjadi sebab hambatan kemajuanku dalam menulis.
Apapun upayaku harus aku hargai. Setidaknya menerbitkannya.
Aku cukup percaya bahwa semakin sering menulis semakin mudah menulis. Apapun bentuknya.
Kembali ke rasa gemas. Tidak mudah menembus 500 kata. Dalam pikiran yang berkecamuk, melompat-lompat, disertai rasa khawatir, rasa takut, kata-kata tidak mau keluar dengan lancar. Rasa takut itu contohnya, rasa takut akan apa yang dipikirkan orang tentang tulisanku.
Idealnya seperti panduan-panduan itu. Tetapi ini sedang masa-masa latihan untuk menulis lebih banyak. Jadi ya tidak apa-apa jika belum ideal. Lagian nanti pasti akan menemukan momentum dimana tulisanku akan lumayan ideal. Sing penting rajin nulis disik.
Memang sangat menggemaskan diriku masih hanya mampu menulis dengan tema yang seperti ini saja. Tulisanku hanya berupa kebingungan, keraguan, ketidakyakinan. Tapi jujur saja, itulah yang ada di pikiranku. Menuliskannya dan menerbitkannya sebagai upaya meyakinkan diriku bahwa semua akan baik-baik saja pada waktunya.
Rajin pangkal kaya. Begitu peribahasa berkata, maka dalam kaitannya dengan menulis, bila rajin menulis maka pangkalnya adalah kaya tulisan, yang bisa jadi kaya beneran (kalau tulisannya bagus dan bermanfaat bagi orang lain).
Sehingga patutlah aku mengapresiasi rasa gemasku ini, dengan memberikannya 500 kata. Biarlah kalau jelek kualitasnya. Yang penting rajin nulis.
Aku merasa kehabisan ide. Apa yang sebaiknya kutulis?
Mungkin karena tukang sensor dan edit di kepalaku sedang beraksi. Ya jadi agak macet. Di 300-an kata ini. Model menulis bebas memang ajaib. Model ini mampu mereduksi aksi dari tukang sensor dan edit waktu menulis. Bukan berarti dua tukang ini jahat tapi saat menulis konten ya perlulah mereka untuk istirahat dulu, tamasya dulu, atau nyanyi-nyanyi dulu. Baru saat mulai masuk proses editing atau revisi dua tukang ini masuk dan mengerjakan tugasnya, mereka sangat sempurna dalam proses itu. Ahlinya. Tulisan kita mungkin jadi enak dibaca, koheren, bermutu, bermanfaat, bahkan laris. Mengurangi komentar negatif pembaca terkait EYD.
Nah, sudah saatnya aku mengumpulkan ide-ide, brainstorming. Gampang tapi kok susah ya. Kurang maksa. Melakukannya harus sedikit dipaksa. Paksa bikin ide, gitu. Sejumput kata atau kalimat yang bikin energi meningkat langsung catat. Biar gak lupa. Atau di self-talk kan.
Waduh, ruwet ya prosesnya, sebenarnya gampang. Tinggal sering-sering aja beride, tulis, edit, terbit. Serbu diri ini dengan rajin menulis. Sama seperti orang yang latihan tenis, dengan serbuan bola dari mesin pelontar bola, awalnya orang akan kelabakan dan merasa sulit, tetapi lama-lama akan terbiasa asal tidak menyerah dan mengeluh. Itu saja.
Jadi tetap menulis. Salam 500 kata.
Itu saja tulisanku kali ini.
0 comments:
Posting Komentar
Tentu feedback Anda sangat membangun kemajuan blog ini. Terima kasih banyak atas feedback Anda. Kebahagian senantiasa menyertai Anda. Amin.